Mentan dan Mendes Bangunkan Bengkulu Selatan Melalui Peningkatan Produksi Jagung
Bengkulu (19/9) – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian sekali lagi memastikan optimismenya Indonesia tanpa impor jagung di tahun 2017, terbukti sampai dengan hari ini jagung dari luar negeri belum mampu menembus pasar Indonesia, karena telah tercukupi oleh produksi dalam negeri. “Alhamdulillah capaian kita untuk jagung tahun ini, sampai hari ini tidak ada impor, ini setelah impor puluhan tahun, bahkan negara tetangga Malaysia, Filipina itu telah siap menerima impor jagung dari Indonesia”, papar Menteri Pertanian Andi Amran kepada wartawan dalam acara tanam perdana jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Menggeliatnya produksi jagung tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang mampu memberikan rasa nyaman kepada para petani. Pemerintah telah menetapkan 11 komoditas pangan strategis yang direncanakan mampu dipenuhi dari produksi dari dalam negeri. Saat ini komoditas beras, bawang merah, jagung dan cabai telah berada di zona aman. Beras sudah swasembada, sementara bawang merah kita telah ekspor ke Thailand. Sekarang jagung menarik dikembangkan, karena pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) jagung Rp 3.150/kg, hal ini memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi jagung dalam negeri. “sekarang kita bergerak baru 1 tahun 2 tahun kita sudah tidak impor, ini terus kita lanjutkan, di Jawa Tengah, di Sulsel dan juga di Medan.
Provinsi Bengkulu sendiri diyakini memiliki potensi baik dari iklim maupun etos kerja masyarakatnya, itulah yang dilontarkan oleh Plt. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah. “alam lahan Bengkulu subur, iklim mendukung, semangat bekerja, potensi ekonomi akan mampu menggerakkan ekonomi dengan kebijakan yang tepat”, ujar Rohidin.
Menteri Desa dan PDTT Eko Putro Sandjojo yang turut hadir dalam kegiatan tanam perdana pun sangat mendukung program yang dijalankan Kementerian Pertanian. Sinergi antara dua Menteri ini saling mendukung program masing-masing. Menteri Eko menjabarkan bahwa terjadi peningkatan anggaran dana desa dari tahun ke tahun mulai dari 300 juta per desa di tahun 2015 menjadi 800 juta di tahun 2017.
Kememdes PDTT bersama Kementan telah mengembangkan program produk unggulan kawasan pedesaan. Nantinya setiap desa akan mengembangkan produk komoditas unggulan masing-masing desa. Untuk Kabupaten Bengkulu Selatan sendiri akan dikembangkan 20 ribu hektare. “Kementerian Pertanian akan memberikan bibit, pupuk, dan alsintan gratis untuk pertama kali tanam. 20 ribu untuk Kabupaten Bengkulu Selatan. Rata-rata sekarang 7 ton, kalau saja 5 ton dikali Rp 3.000 saja penghasilan 300 miliyar 2 kali panen, dengan embung bisa 2 kali panen karena air tersedia”, ujar Menteri Eko.
Dengan skenario yang direncanakan seperti itu, sinergi antara dua kementerian ini dengan hanya dengan komoditas jagung saja dapat sebagai penggerak ekonomi dan diperkirakan mampu membuat Bengkulu Selatan tidak memiliki lagi desa tertinggal dalam 2 tahun. “Dalam 2 tahun ke depan tidak ada lagi desa tertinggal di Bengkulu Selatan. (Asalkan) Masyarakat harus ikut mengawasi”, tutup Menteri Eko.